1. Uraian
dan Contoh
Dalam pelayanan tamu kantor diperlukan peraturan
protokoler dan cara-cara yang perlu diperhatikan oleh para pegawai, oleh karena
itu perlu mendapat perhatian sewajarnya adalah penerimaan tamu. Seperti halnya
pelayanan telepon, penerimaan tamu harus dilaksanakan sebaik-baiknya karena hal
ini akan menyebabkan penilaian baik atau penilaian tidak baik terhadap instansi
kita. Dengan penerimaan tamu yang baik, pihak luar akan menilai bahwa kantor
kita sudah maju di dalam pergaulan perkantoran, sebaliknya bila penerimaan tamu
kurang baik, maka pihak luar akan memberikan penilaian bahwa kantor kita masih
terbelakang.
Tamu yang datang ke kantor umumnya mengharapkan
pelayanan yang baik dari pegawai atau Sekretaris di kantor tersebut. sehingga
tamu tidak merasa dipersulit untuk menemui salah seorang pejabat.
Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam
hal penerimaan tamu yaitu lokasi dan penataan ruang tamu, cara penerimaan tamu,
perlakuan terhadap tamu yang datang tetapi belum mengadakan perjanjian,
perlakuan terhadap tamu yang harus menunggu, merencanakan perjanjian dengan
tamu, syarat-syarat seorang penerima tamu, dan catatan tamu
A. RUANG PENERIMAAN TAMU
Hal lain yang dapat menimbulkan penilaian baik
terhadap suatu instansi tidak saja ditentukan oleh cara penerimaan tamu, tetapi
juga oleh tempat penerimaan tamu. Oleh karena itu letak dan penataan ruang
penerimaan tamu harus mendapat perhatian yang layak dari pimpinan instansi.
Bagi instansi yang frekuensi penerimaan tamunya cukup
tinggi dan tamunya banyak, seyogyanya disediakan ruangan penerimaan tamu atau
ruang tunggu tamu tersendiri. Ruangan penerimaan tamu harus berada di tempat
yang tenang, tidak terganggu oleh hiruk-pikuknya pegawai/kegiatan kerja yang
ada. Hal ini untuk menjaga agar tamu yang sedang menunggu tidak merasa
terganggu.
Ruangan tamu harus ditata sebaik-baiknya, kursi tamu
diatur sedemikian rupa hingga tamu mudah untuk duduk, meja tamu selalu bersih
dan di atasnya ditempatkan hiasan bunga yang cukup indah, walaupun tidak
berarti harus bunga yang mahal. Menyediakan brosur-brosur yang diterbitkan oleh
instansi di meja tamu (bila ada), dan koran atau majalah, juga merupakan
langkah yang tepat. Rak-rak buku di ruang tamu (bila ada) harus ditata menurut
pengaturan interior yang sudah maju. Tanda-tanda penghargaan
dan
piala-piala yang pernah didapat oleh instansi dapat juga disimpan di ruang
tamu. Hiasan-hiasan dinding yang dipasang di ruang tamu harus yang ada
kaitannya dengan tugas instansi, bila gambar demikian tidak ada, sebaiknya
dipasang gambar-gambar yang bersifat netral tapi menimbulkan kesan asri,
misalnya gambar pemandangan alam.
Untuk menimbulkan rasa nyaman bagi para tamu,
sebaiknya di sudut-sudut ruangan ditempatkan tanaman hias. Di meja tamu
ditempatkan bunga hiasan (baik bunga asli atau bunga buatan) dengan penataan
yang indah, baik dalam vas bunga atau tempat bunga Iainnya.
B. CARA PENERIMAAN TAMU KANTOR
Kegiatan penerimaan tamu disebut reception. Orang yang
diberi tugas menerima tamu disebut penerima tamu atau receptionist. Untuk
mendapat gambaran yang Iebih nyata, pembicaraan kita dalam uraian ini kita
fokuskan kepada tugas-tugas seorang penerima tamu yang melayani seorang
pimpinan/pejabat (misalnya seorang sekretaris pimpinan).
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam melayani tamu :
1.
Menghormati dan menyapa tamu
Pegawai/Sekretaris
harus menyapa dengan memberi hormat kepada tamu yang datang dengan ucapan :
"Selamat pagi atau selamat siang". Apabila tamu tidak segera
memberitahukan dengan siapa is akan bertemu dan keperluannya apa, maka
Pegawai/Sekretaris dapat menyapa dengan : "Dapatkan saya membantu
Bapak?"
2.
Mengetahui maksud kunjungan tamu.
Biasanya
tamu yang bermaksud baik tentu memberitahukan maksud kedatangannya. Namun
Sekretaris dapat pula meminta tamu untuk mengisi buku tamu.
3.
Menyenangkan tamu
Apabila
tamu harus menunggu persilahkan tamu duduk di kursi tamu, dan bila waktu
menunggu agak lama, tawarkan bacaan-bacaan misalnya surat kabar, buletin kantor
agar tamu tidak bosan menunggu.
4.
Memperkenalkan dan menghadapkan tamu
Pegawai/sekretaris
hendaknya menyebutkan nama tamu apabila mengantar ke ruang pimpinan, misalnya :
"Pak
Sarwadi ingin bertemu dengan Pak Tony" atau
"
Pak Tony, Pak Sarwadi ingin bertemu dengan Bapak".
Seperti halnya dalam pelayanan telepon, karena kita
belum mengetahui apakah tamu yang datang itu tamu penting atau tamu tidak
penting, maka kita harus menggunakan prinsip bahwa semua tamu yang datang itu
adalah tamu penting. Bila tamu datang, pekerjaan apapun yang sedang dilakukan
oleh penerima tamu harus ditunda dahulu, dan layanilah tamu dengan muka yang cerah
dan bahasa yang sopan serta ramah.
Untuk menunjang kelancaran tugas, seorang penerima
tamu harus banyak bekerja sama dengan para sekretaris pejabat lain, terutama
untuk memperoleh informasi jadwal acara penerimaan tamu pejabat yang
bersangkutan. Dengan mengetahuinya jadwal acara tersebut, ia akan bisa membantu
pimpinan dan tamu apabila diperlukan. Misalnya datang seorang tamu untuk
menghadap pimpinan, tapi pimpinan tidak dapat menerimanya karena permasalahan
yang akan dibicarakan oleh tamu bukan lingkup tugasnya, dan ia menyarankan
untuk menghadap pejabat lain yang membidangi masalah yang mau dibicarakan oleh
tamu. Dalam hal semacam ini, penerima tamu dapat memberikan penjelasan kepada
tamu kiranya ia akan dapat diterima oleh pejabat yang ditunjuk, karena jadwal
acara pejabat tersebut memungkinkan.
Kasus lain yang mungkin terjadi yaitu tamu harus
menunggu. Kasus semacam ini dapat saja sering terjadi yaitu sekalipun tamu yang
sudah mengadakan perjanjian, tapi terpaksa harus menunggu karena sesuatu hal,
misalnya karena pejabat yang bersangkutan dipanggil oleh pimpinan yang lebih
tinggi, atau ia sedang menyelesaikan masalah yang sangat penting dan mendadak
dan harus segera selesai. Dalam keadaan demikian, penerima tamu harus dapat
menjelaskan secara jujur dan bijaksana kepada para tamu mengapa pejabat tidak
dapat menerima mereka padahal sudah ada perjanjian. Penerima tamu dapat juga
menawarkan kepada para tamu apakah mereka bersedia menunggu sampai pejabat
dapat menerima mereka atau datang lagi pada kesempatan lain.
Selama tamu menunggu, penerima tamu harus dapat
bertindak bijaksana hingga tamu merasa senang, misalnya bila keadaan
memungkinkan penerima tamu mengadakan pembicaraan tidak formal dengan tamu,
tetapi harus diingat bahwa yang dibicarakan bukan masalah kedinasan, dan
penerima tamu jangan memulai pembicaraan tetapi harus bersifat
melayani/menanggapi percakapan tamu.
1.
Jenis-jenis Tamu Kantor
a.
Tamu yang sudah mengadakan perjanjian
Bagi tamu yang sudah mengadakan perjanjian, harus
memperoleh prioritas untuk dapat menemui pimpinan. Untuk keperluan tersebut
penerima tamu harus mengetahu benar jam berapa tamu itu bisa diterima. Bila
tamu yang sudah mengadakan perjanjian itu datang, tugas utama penerima yaitu
segera memberitahukan kepada pimpinan yang bersangkutan bahwa tamunya sudah
datang, serta menanyakan kepadanya apakah ia sudah dapat menerimanya, misalnya
" Bapak Tony telah datang untuk menemui Bapak sekarang. Bolehkah saya
mengantarkannya untuk menghadap Bapak".
Bila
terdapat beberapa tamu yang sudah mengadakan perjanjian, urutan waktu menghadap
pimpinan harus jadi perhatian penerima tamu. Dengan mengetahui urutan waktu
tersebut, penerima tamu dapat memberitahukan pejabat bila giliran tamu
berikutnya telah tiba.
b.
Tamu yang tidak ada perjanjian
Adakalanya tamu yang datang itu tanpa mempunyai
perjanjian dengan pejabat yang dituju. Dalam keadaan demikian, penerima tamu
harus lincah dan segera menanyakan dengan sopan data tamu dimaksud, misalnya
namanya, dari instansi mana, tujuan kedatangannya, mau bertemu dengan siapa.
Berdasarkan data-data itu, penerima tamu segera memberitahukan kepada pimpinan
yang bersangkutan, dan sekaligus menanyakan kepadanya apakah ia dapat menerima
tamu tersebut dan kapan dapat menerimanya. Apabila pejabat yang dimaksud dapat menerimanya,
walaupun tidak pada waktu itu, bagi penerima tamu tidak banyak permasalahan.
Tetapi bila pimpinan itu tidak dapat menerimanya, karena misalnya tujuan
kedatangan tamu itu tidak ada hubungan dengan bidang tugas pimpinan, maka dalam
keadaan demikian penerima tamu harus mempunyai kemampuan untuk menjelaskan
kepada tamu, agar di satu pihak tamu itu dapat memaklumi mengapa ia tidak dapat
diterima dan di pihak lain agar tidak ada penilaian negatif kepada pimpinan
yang tidak bisa menerima tamu itu.
Salah satu cara untuk tidak mengecewakan tamu karena
ia tidak dapat diterima oleh seorang pimpinan karena alasan seperti tersebut di
atas, misalnya dengan menawarkan kepada tamu untuk menghadap pejabat lain yang
kiranya lebih tepat untuk menerimanya karena bidang tugas yang ditanganinya
sesuai dengan bidang tugas yang ingin dibicarakan oleh tamu. Untuk dapat
berbuat seperti itu penerima tamu selain harus mempunyai pengetahuan tentang
struktur organisasi instansi tetapi juga harus mengetahui bidang tugas yang ditangani
oleh masingmasing unit organisasi dari instansi, walaupun hanya secara garis
besarnya saja.
Jenis tamu yang lain yang datang tanpa perjanjian,
misalnya keluarga atau istri pimpinan, atau kawan karib pimpinan. Menghadapi
tamu semacam ini penerima tamu harus bersifat luwes, artinya dapat
mempersilahkan tamu itu masuk ke ruangan pejabat tanpa melalui prosedur yang
ada. Bila keadaan memungkinkan dapat saja kepada tamu semacam itu
diberitahukan, dengan cara yang tidak formal dan penuh kearifan, mengenai
jadwal acara penerimaan tamu berikutnya (bila ada) oleh pimpinan. Maksudnya
agar mereka memaklumi bahwa pimpinan (suaminya, atau bapaknya, atau temannya)
itu masih harus menerima tamu yang lainnya yang mungkin sekarang sudah
menunggu, sehingga pertemuan mereka tidak mengganggu jadwal pertemuan dengan
yang lain yang sudah disepakati.
c.
Tamu teman Pimpinan
Apabila
tamu teman pimpinan, maka harus segera diberitahukan kepada pimpinan. Bila
pimpinan siap menerimanya, sekretaris mempersilahkan dan mengantarkan tamu
tersebut menemui pimpinan.
d.
Tamu Rutin
Tamu
Rutin adalah tamu yang sudah biasa menemui pimpinan. Apabila yang datang adalah
pegawai/pejabat kantor itu sendiri, maka tidak perlu ditanyakan keperluannya.
Sekretaris dapat langsung mempersilahkan tamu apabila tidak ada tamu lainnya.
2.
Catatan Tamu
Catatan tamu adalah sangat penting, baik untuk
instansi besar maupun instansi yang kecil, karena selain berguna pada waktu
tamu itu menghadap pimpinan, tetapi mungkin catatan semacam itu diperlukan di
kemudian hari. Bentuk dan model catatan tamu berbedabeda, tergantung kepada
kebijaksanaan instansi yang bersangkutan. Akan tetap hal-hal yang ada dalam
catatan tamu itu pada prinsipnya sama yaitu mencatat mengenai tanggal, waktu,
nama, jabatan, nama instansi tamu, ingin bertemu dengan siapa, jabatan pejabat
yang akan ditemui, tujuan kedatangan, sudah ada perjanjian atau belum.
Berdasarkan kepada kebutuhan data di atas, suatu
formulir khusus mengenai catatan tamu dapat disiapkan/dicetak dan mints diisi
oleh tamu pada waktu yang bersangkutan ingin menghadap pimpinan. Catatan tamu
misalnya dapat dibuat sebagai berikut :
Hari/Tanggal
Waktu
Nama Tamu
Jabatan
Nama Instansi
Ingin bertemu
dengan
Jabatan
Bag
Unit/Instansi
Tujuan
Kedatangan
Sudah ada perjanjian atau belum
………………………………………….2008
Tanda Tangan Tamu
|
3.
Merencanakan Perjanjian
Sesuai dengan tugas dan jabatannya, seorang
pejabat/pimpinan senantiasa harus menerima tamu yang akan menyelesaikan segala
urusannya. Karena itu pejabat yang bersangkutan selalu mempunyai buku catatan
tentang rencana penerimaan tamu. Rencana ini dijadikan bahan informasi apabila
ada tamu yang lain yang mau bertemu dengan pimpinan.
Untuk keperluan pembuatan perjanjian, penerima tamu
harus membuat catatan atau agenda di mana dicantumkan tanggal, nama dan jabatan
tamu, pejabat yang ingin ditemui, waktu, tempat, perihal yang mau dibicarakan.
Bentuk buku agenda perjanjian tamu misalnya seperti contoh berikut :
Tgl.
dengan
|
Bertemu
siapa
|
Jabatan
|
Kantor
|
Waktu
|
Tempat
|
Tentang
|
|
|
|
|
|
|
|
Penerima tamu atau sekretaris setiap pagi harus
membicarakan agenda perjanjian dengan pejabat yang bersangkutan untuk mengecek
apakah perjanjian itu ada perubahan atau tidak. Bila ada perubahan harus
ditentukan tanggal dan waktu yang baru di mana pejabat dapat menrima tamu. Perubahan
semacam ini harus diberitahukan kepada tamu dengan segera, agar tamu dapat
menyesuaikan dengan tanggal dan waktu yang baru.
4.
Persyaratan Penerima Tamu
Seperti disebutkan terdahulu bahwa salah satu tugas
penerima tamu adalah untuk memberikan pelayanan kepada tamu sebaik-baiknya
hingga dapat menimbulkan penilaian yang baik oleh pihak luar terhadap instansi.
Ini berarti bahwa penerima tamu harus ditunjuk orang-orang yang memenuhi syarat
untuk tugas tersebut. Pada umumnya seorang penerima tamu harus mempunyai
pendidikan yang memadai, penampilan yang baik, cepat tanggap, dan mempunyai
pengetahuan struktur organisasi, tugas dan fungsi masing-masing organisasi,
nama-nama pejabat di setiap unit, dan hal-hal lain yang ada kaitan dengan
tugasnya.
Karena cara penerimaan tamu dapat menentukan kesan
baik atau kesan tidak baik dari pihak luar kepada instansi kita, maka untuk
dapat menciptakan kesan baik, penerima tamu haruslah orang yang sabar,
sopan,
ramah, bijaksana, mempunyai minat melayani, dan mempunyai penampilan yang
memadai. Pengetahuan mengenai struktur organisasi, nama pejabat penting,
nomor-nomor telepon penting, lokasi ruangan pejabat penting, dan hal-hal
penting yang lain yang bertalian dengan instansi, perlu dimiliki oleh seorang
penerima tamu.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, terutama
untuk instansiinstansi Pemerintah, selain pengetahuan seperti disebutkan di
atas, adalah suatu keharusan bagi seorang penerima tamu dapat berbicara bahasa
asing, terutama bahasa Inggris. Hal ini sangat diperlukan karena selain tamu
yang datang itu berasal dari instansi-instansi dalam negeri, tetapi juga
tamu-tamu asing untuk membicarakan masalahmasalah kedinasan yang ada kaitannya
dengan tugas instansi yang bersangkutan.
Sumber : https://www.kanal.web.id/2016/08/pengertian-kantor-dan-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar